Jumat, 26 Juni 2015
Kamis, 25 Juni 2015
Rabu, 17 Juni 2015
Selasa, 16 Juni 2015
PERJALANAN LAKSAMANA CHENG HO KE INDONESIA
PERJALANAN LAKSAMANA CHENG HO KE INDONESIA
Cheng Ho, adalah seorang pelaut dan penjelajah
Cina terkenal yang melakukan pelayaran jelajah samudra antara tahun 1405 hingga
1433. Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi
dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang. Cheng Ho
merupakan salah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan yang baik
kepada Kaisar Cina Yongle yang berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 yang
merupakan kaisar ketiga dari dinasti Ming.
Cheng Ho mempunyai nama asli Ma He, juga dikenal
dengan sebutan Man Sanbao, yang berasal dari provinsi Yunnan. Cerita berawal
ketika Yunnan dalam masa ekspansi kekaisaran Min, Cheng Ho muda ditangkap
dan kemudian di jadikan kasim. Cheng Ho seorang yang bersuku Hui, yang
secara fisik hampir mirip dengan suku Han yang mempunyai agama islam.
Cheng Ho berlayar di Malaka pada abad ke-15, saat
itu seorang putri cina bernama Hang Li Po (Han Lui) dikirim oleh kaisar cina
untuk menikah dengan Raja Malaka yang bernama Sultan Mansur Shah. Pada tahun
1424 Kisar Yong le wafat, dan yang mengantikannya adalah kaisar hongxi yang
berkuasa dari tahun 1424 hingga tahun 1425, memutuskan untuk mengurangi
pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi
pada kekuasaan Kaisar Xuande yang berkuasa dari tahun 1426 hingga tahun 1436.
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke barbagai tempat
di Benua Asia dan Afrika antara lain Asia tenggara, Sumatera, Jawa, Srilangka,
Hindia, Persia, Teluk Persia, Arab, laut Merah lalu menuju daerah utara sekitar
Mesir, Afrika hingga selat Mozambik. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Muslim
Cheng Ho melakukan tujuh kali pelayaran yang sangat mengagumkan, bahkan
melebihi pelayaran Columbus pada masa itu.
Armada yang digunakan berisikan sekitar 30 ribu
orang dan tujuh kapal yang berlayar. Sebuah ekspedisi yang sangat menajubkan
dari seorang muslim bernama Cheng Ho. Dalam petualangan sebagai Laksamana
Laut, Cheng Ho banyak mendapat penghargaan dari utusan yang di singgahinya
sekitar 30 kerajaan di berbagai penjuru dunia. Majalah Life menempatkan
Laksamana Muslim Cheng Ho sebagai nomor empat belas (14) orang penting dalam
millenium terakhir, luar biasa. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta
Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad
ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak
di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika
perjalanan menuju Samudra pasai, ia memberi sebuah lonceng raksasa Cakrado
kepada sultan Aceh. Beberapa daerah yang disinggahi Cheng Ho seperti di Cirebon
yang terdapat bukti peninggalannya seperti piring yang bertulisakan ayat
kursi.
Dalam semua ekpedisi pelayaran dunia, tak bisa
melepaskan sebuah nama bernama Cheng Ho. Namanya bisa disandingkan
dengan Bartolemeus Dias, Marco Polo, Vasco da Gama, Christopher
Colombus,dan lainnya. Nama-nama pelaut bangsa Eropa yang sudah tersohor.
Namun para petualang laut itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan nama
Laksamana Muslim Cheng Ho. Sejarah juga mencatat bahwa kapal laut Cheng Ho 7
kali lebih besar dari kapal yang digunakan Culombus, si penemu benua Amerika.
Laksamana Muslim Cheng Ho benar-benar
merupakan raja laut dalam arti yang sesunguhnya. Sementara para pelaut dari
Eropa boleh disebut sebagai penjelajah semata. Perbandingan itu bisa dilihat
dalam jumlah awak kapal yang mereka bawa. Bartolemeus Dias, orang pertama yang
melintasi ujung selatan Afrika (Tanjung Harapan) hanya menggunakan tiga kapal
jenis Caravel yang berisi 170 orang.
Sementara perjalanan Christopher Colombus yang
memulai pelayaran 3 Agustus 1492 juga menggunakan tiga kapal buatan bangsa
Spanyol. Pertama, kapal Santa Maria, kapal terbesar yang dinahkodai Colombus
sendiri. Dua kapal lainnya adalah Nina dan Pinta yang lebih kecil. Jumlah awak
kapal tiga bahtera itu hanya 104 orang.
Sejarah juga mencatat yang disampaikan
oleh Gavin Menzies, pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut
Inggris. Menzies menjelaskan bahwa Cheng Ho yang pertama kali menemukan
Benua Amerika, bukan Colombus. Menzies menegaskan, Colombus justru
berlayar dengan bekal peta lama buatan Cina. “Ketika para awak kapalnya
gelisah, Colombus hanya meyakinkan, terus saja ke barat, nanti pasti akan
sampai.”
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.
Menurut sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya
“Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara”
(Jakarta: 1968), dalam misi pelayarannya itu Cheng Ho pernah singgah di
Indonesia seperti di Samodra Pasai (Aceh), Palembang, Cilincing (Jakarta),
Gunung Talang (Cirebon), Gedung Batu (Semarang), dan Surabaya. Pengamat
sejarah Cina dan juga penulis cerita silat Cina, Gan Kok Hwie dari Semarang
menjelaskan, Cheng Ho dalam misinya juga mengajarkan penduduk setempat soal
bertani, membuat rumah, sampai dengan pertukaran budaya.
Saat melintasi Laut Jawa, banyak awak
kapal Cheng Ho yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh,
ke Semarang untuk berlindung."
Batam
(ANTARA News) - Wisata Jalur Laut Sutra napak tilas pelayaran samudra Laksamana
Cheng Ho resmi jadi destinasi wisata baru terdiri dari sembilan serial mulai
Aceh hingga Bali
Peminat wisata Jalur Laut Sutra mengabadikan perjalanan di sembilan lokasi dengan berfoto pada objek berlatar belakang peninggalan atau bangunan yang khusus dibuat untuk mengenang perjalanan Laksamana Cheng Ho di Aceh, Batam, Palembang, Belitong, Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Bali.
Peminat wisata Jalur Laut Sutra mengabadikan perjalanan di sembilan lokasi dengan berfoto pada objek berlatar belakang peninggalan atau bangunan yang khusus dibuat untuk mengenang perjalanan Laksamana Cheng Ho di Aceh, Batam, Palembang, Belitong, Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Bali.
Foto-foto
itu akan menjadi bukti bahwa sebagai pelancong Anda telah
"menunaikan" wisata serial, menelusui perjalanan laksamana terkemuka
itu di Nusantara.
Perjalanan wisata religi dan sejarah Jalur Laut Sutra menawarkan sensasi heroik dari seorang pelaut Muslim asal Tiongkok yang sedang melakukan misi dagang dan penyebaran Islam di Indonesia.
Sejatinya, wisata jalur pelayaran Cheng Ho itu dirancang oleh Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan asal Negeri Tiongkok datang ke Indonesia.
Perjalanan wisata religi dan sejarah Jalur Laut Sutra menawarkan sensasi heroik dari seorang pelaut Muslim asal Tiongkok yang sedang melakukan misi dagang dan penyebaran Islam di Indonesia.
Sejatinya, wisata jalur pelayaran Cheng Ho itu dirancang oleh Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan asal Negeri Tiongkok datang ke Indonesia.
Menteri
Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo berpendapat warga Tiongkok amat
menghargai sejarah dan budayanya. Apalagi, Laksamana Cheng Ho sangat dihormati
oleh warga Tiongkok.
Menteri Indroyono optimistis pembukaan tujuan wisata baru jalur samudra Cheng Ho ini mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, terutama wisman dari Tiongkok.
"Ini menjadi modal penting terutama menarik wisatawan Tiongkok. Wisatawan Tiongkok menghormati akar dan jejak budaya, ini menjadi peluang Indonesia dengan jalur samudra Cheng Ho," kata Menteri.
Pariwisata berbasis sejarah maritim memang baru, namun perlu didukung. Apalagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki semangat kebaharian yang tinggi, mengingat sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, sumbangan pariwisata maritim baru 10 persen dari total pariwisata di seluruh Indonesia. Angka ini sangat kecil dibandingkan Malaysia yang memiliki wilayah laut lebih sedikit namun pariwisata maritimnya menyumbangkan 40 persen dalam total pariwisata.
Serial
Wisata jalur pelayaran samudra Cheng Ho bukanlah perjalanan wisata yang mengajak pelancong duduk di kapal besar menyinggahi daerah-daerah yang dilalui oleh kapal Cheng Ho yang termasyhur itu.
Menteri Indroyono optimistis pembukaan tujuan wisata baru jalur samudra Cheng Ho ini mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, terutama wisman dari Tiongkok.
"Ini menjadi modal penting terutama menarik wisatawan Tiongkok. Wisatawan Tiongkok menghormati akar dan jejak budaya, ini menjadi peluang Indonesia dengan jalur samudra Cheng Ho," kata Menteri.
Pariwisata berbasis sejarah maritim memang baru, namun perlu didukung. Apalagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki semangat kebaharian yang tinggi, mengingat sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, sumbangan pariwisata maritim baru 10 persen dari total pariwisata di seluruh Indonesia. Angka ini sangat kecil dibandingkan Malaysia yang memiliki wilayah laut lebih sedikit namun pariwisata maritimnya menyumbangkan 40 persen dalam total pariwisata.
Serial
Wisata jalur pelayaran samudra Cheng Ho bukanlah perjalanan wisata yang mengajak pelancong duduk di kapal besar menyinggahi daerah-daerah yang dilalui oleh kapal Cheng Ho yang termasyhur itu.
Pelancong
bisa pergi ke daerah itu satu per satu sambil merasakan sensasi sejarah dan
kebesaran admiral asal Tiongkok itu.
Di Aceh misalnya, terdapat Lonceng Cakra Donya yang tergantung di pintu masuk Museum Aceh. Lonceng raksasa berbentuk stupa dengan hiasan tulisan Arab juga China itu merupakan pemberian Kaisar Yongle yang dibawa ke Aceh oleh Laksamana Cheng Ho sekitar 1414 M.
Kemudian di Palembang, terdapat Masjid Cheng Ho yang dibangun masyarakat sekitar untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho yang disebut berjasa bagi Kerajaan Sriwijaya setelah menumpas perompak asal Kanton, Chen Tsu Ji.
Di Semarang, ada Klenteng Sam Po Kong, yang dipercaya sebagai tempat persinggahan dan pendaratan pertama Sang Laksamana.
"Saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapal Cheng Ho yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh, ke Semarang untuk berlindung," cerita Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Sementara itu, meski tidak ada bukti khusus Cheng Ho pernah mendaratkan kapalnya di Batam, namun pemerintah percaya bahwa kapal besar Laksamana Cheng Ho berlayar melalui Perairan Batam di Selat Malaka untuk memasuki wilayah Indonesia lainnya.
Apalagi, sejarah memang mencatat Selat Malaka menjadi bagian dari rute Jalur Laut Sutra.
Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), wisata serial pelayaran Cheng Ho ditempatkan di Golden City Bengkong. Kebetulan, di kompleks wisata itu sudah ada replika kapal Cheng Ho yang dibangun pihak swasta. Dan sekarang dalam tahap pembangunan Masjid Cheng Ho.
Di tempat itulah, pemerintah memutuskan untuk meluncurkan destinasi baru jalur pelayaran Cheng Ho, pada Sabtu (21/2) 2015.
Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo mengatakan keberadaan destinasi wisata jalur pelayaran Cheng Ho di Batam diharapkan dapat mendongkrak wisatawan mancanegara yang datang ke kota itu.
"Ini menjadi strategi untuk mempercantik kawasan ini. Akan menjadi daya tarik baru, terutama untuk menyerap wisman asal Tiongkok ke Batam dan daerah lain di Kepri," kata Wakil Gubernur.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan destinasi jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho memang sengaja dirancang untuk menyerap wisman asal Tiongkok.
Menteri mengatakan peluang menggaet wisman asal Tiongkok amat besar. Data Kementerian Pariwisata mencatat terdapat 100 juta warga Tiongkok yang bepergian untuk berwisata, namun hanya satu persennya yang singgah ke Indonesia.
"Kami yakini banyak turis dari Tiongkok. Untuk outbond ada 100 juta warga Tiongkok, tapi yang datang ke Indonesia hanya satu juta orang. Bandingkan dengan yang ke Thailand sebanyak lima juta orang," kata dia.
Karena tujuan wisata tematik itu memang untuk membidik wisman asal Tiongkok, tidak heran jika Kementerian Pariwisata mengajak media asing ikut mempromosikannya.
Dalam peluncuran destinasi wisata baru di Batam, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengajak setidaknya tiga media asing untuk ikut meliput. "Ada Discovery Channel, CCTV televisi di Tiongkok dan kantor berita Tiongkok," kata Menteri.
Selain itu, Menteri juga membawa Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar RRT untuk Indonesia, dan perwakilan dari Kementerian Pariwisata RRT dalam acara yang peluncuran.
Menteri meyakinkan akan melakukan banyak promosi untuk memperkenalkan wisata jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho ke luar negeri, terutama Tiongkok demi kesuksesan destinasi baru itu.
Di Aceh misalnya, terdapat Lonceng Cakra Donya yang tergantung di pintu masuk Museum Aceh. Lonceng raksasa berbentuk stupa dengan hiasan tulisan Arab juga China itu merupakan pemberian Kaisar Yongle yang dibawa ke Aceh oleh Laksamana Cheng Ho sekitar 1414 M.
Kemudian di Palembang, terdapat Masjid Cheng Ho yang dibangun masyarakat sekitar untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho yang disebut berjasa bagi Kerajaan Sriwijaya setelah menumpas perompak asal Kanton, Chen Tsu Ji.
Di Semarang, ada Klenteng Sam Po Kong, yang dipercaya sebagai tempat persinggahan dan pendaratan pertama Sang Laksamana.
"Saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapal Cheng Ho yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh, ke Semarang untuk berlindung," cerita Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Sementara itu, meski tidak ada bukti khusus Cheng Ho pernah mendaratkan kapalnya di Batam, namun pemerintah percaya bahwa kapal besar Laksamana Cheng Ho berlayar melalui Perairan Batam di Selat Malaka untuk memasuki wilayah Indonesia lainnya.
Apalagi, sejarah memang mencatat Selat Malaka menjadi bagian dari rute Jalur Laut Sutra.
Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), wisata serial pelayaran Cheng Ho ditempatkan di Golden City Bengkong. Kebetulan, di kompleks wisata itu sudah ada replika kapal Cheng Ho yang dibangun pihak swasta. Dan sekarang dalam tahap pembangunan Masjid Cheng Ho.
Di tempat itulah, pemerintah memutuskan untuk meluncurkan destinasi baru jalur pelayaran Cheng Ho, pada Sabtu (21/2) 2015.
Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo mengatakan keberadaan destinasi wisata jalur pelayaran Cheng Ho di Batam diharapkan dapat mendongkrak wisatawan mancanegara yang datang ke kota itu.
"Ini menjadi strategi untuk mempercantik kawasan ini. Akan menjadi daya tarik baru, terutama untuk menyerap wisman asal Tiongkok ke Batam dan daerah lain di Kepri," kata Wakil Gubernur.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan destinasi jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho memang sengaja dirancang untuk menyerap wisman asal Tiongkok.
Menteri mengatakan peluang menggaet wisman asal Tiongkok amat besar. Data Kementerian Pariwisata mencatat terdapat 100 juta warga Tiongkok yang bepergian untuk berwisata, namun hanya satu persennya yang singgah ke Indonesia.
"Kami yakini banyak turis dari Tiongkok. Untuk outbond ada 100 juta warga Tiongkok, tapi yang datang ke Indonesia hanya satu juta orang. Bandingkan dengan yang ke Thailand sebanyak lima juta orang," kata dia.
Karena tujuan wisata tematik itu memang untuk membidik wisman asal Tiongkok, tidak heran jika Kementerian Pariwisata mengajak media asing ikut mempromosikannya.
Dalam peluncuran destinasi wisata baru di Batam, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengajak setidaknya tiga media asing untuk ikut meliput. "Ada Discovery Channel, CCTV televisi di Tiongkok dan kantor berita Tiongkok," kata Menteri.
Selain itu, Menteri juga membawa Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar RRT untuk Indonesia, dan perwakilan dari Kementerian Pariwisata RRT dalam acara yang peluncuran.
Menteri meyakinkan akan melakukan banyak promosi untuk memperkenalkan wisata jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho ke luar negeri, terutama Tiongkok demi kesuksesan destinasi baru itu.
PROGRAM PESONA KEPRI
PROGRAM PESONA KEPRI
LATAR BEBELAKANG
Provinsi kepulauan
riau (Kepri) ibarat segantang lada. memiliki luas wilayah 251.810,71
km², 96 persennya adalah perairan dengan
1.350 pulau besar, dan kecil telah
menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan.
Provinsi kepri
terdiri dari 7 kabupaten kota. Mulai dari kota madya Batam, Kota madya Tanjung
Pinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna dan kabupaten Anambas.
Dari 7 kabupaten
kota ini memiliki keunikan pesona budaya dan pariwisata yang sangat beragam. Seiring dengan pesatnya
perkembangan kepri. Dengan ragam etnis juga menghadapi masalah yang kian
kompleks.
Dengan adanya
kesibukan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas, kami hadir dengan program “ PESONA KEPRI”
Hadir sebagai ruang inspirasidan motivasi bagi masyarakat
kepri. Program ini akan mengangkat berbagai informasi tentang pariwisata, kuliner dan home industri.
KATEGORI
PROGRAM : Informasi, pendidikan dan hiburan
FORMAT PROGRAM : News Magazine
DURASI : 30 Menit
JAM TAYANG : Pukul, 19.00-19.30
Wib
HARI TAYANG : Setiap hari dalam sepekan
TARGET AUDIENCE : Remaja, dewasa dan orang tua
DESAIN SET : Situasional
TIM PRODUKSI : Satu orang
produser, dan dua orang kameramen
MODEL PRODUKSI
:
Liputan/Typing ( 2 kamera)
STRUKTUR PROGRAM :
SEGMEN
|
Subjek
|
VISUAL
|
AUDIO
|
DURASI
|
TIMEN
IN
|
TIME
OUT
|
|
VT
|
Cuplikan
|
Instrumen
|
10”
|
19:00:00
|
19:00:10
|
I
|
Bumper
In
|
|
Instrumen
|
5”
|
19:00:10
|
19:00:15
|
Sekitar
Kita.
Langsung
masuk pada liputan, bisa dimulai dari personalisasi (induksi) atau memulai
cerita dari hal-hal umum (deduksi) kemudian ke khusus mengikuti alur dalam
narasi atau naskah.
|
Objek
liputan, dll. Shoot list multi angle…
|
Narasi
/instrument
|
6’
|
19:00:15
|
19:06:15
|
|
Bumper
Out
|
Grafis + Animasi
|
Instrumen
|
4”
|
05:06:15
|
19:06:19
|
|
|
Commercial
Break
|
VTR
|
VTR
|
2’
|
19:08:19
|
19:08:19
|
II
|
Bumper
In
|
Grafis
|
Instrumen
|
4”
|
19:08:19
|
19:08:23
|
Pengembangan
|
Objek
liputan, dll. Shoot list multi angle…
|
Narasi,
Instrumen
|
6’
|
05:08:23
|
19:14:23
|
|
Bumper
Out
|
Grafis
|
Instrumen
|
4”
|
19:14:23
|
19:14:27
|
|
|
Comercial
Break
|
VTR
|
VTR
|
2’
|
19:14:27
|
19:16:27
|
III
|
Bumper
In
|
|
Instrumen
|
4”
|
19:16:27
|
19:16:31
|
Pengembangan
|
Objek
liputan, dll. Shoot list multi angle…
|
Narasi,
Instrumen
|
6’
|
19:16:31
|
19:22:31
|
|
Bumper
Out
|
|
Instrumen
|
4”
|
19:22:31
|
19:22:35
|
|
|
Commercial
Break
|
VTR
|
VTR
|
2’
|
19:22:35
|
19:24:35
|
IV
|
Bumper
In
|
GrafiS
|
Instrumen
|
4”
|
19:24:35
|
19:24:39
|
|
Pengembangan
|
Objek
liputan, dll. Shoot list multi angle…
|
Narasi,
Instrumen
|
5’
|
19:24:39
|
19:29:50
|
Bumper
Out
|
Grafis
|
Instrumen
|
4”
|
19: 29:50
|
19:29:54
|
|
|
CG
|
CG
|
CG
|
6”
|
19:29:54
|
19:30:00
|
Langganan:
Postingan (Atom)