Selasa, 16 Juni 2015

WAJAH TKI ASAL A NTT DI BANTU GEREJA KATOLIK ST PETERUS KOTA BATAM PUL...

INILAH WAJAH TKI ASAL NTT YANG DI PULANGKAN GEREJA KATOLIIK ST PETRUS ...

R P Cornelis Arundati Gaga Misa kKamis Puti Gereja St Damian Bengkong Ko...

PERJALANAN LAKSAMANA CHENG HO KE INDONESIA

PERJALANAN LAKSAMANA CHENG HO KE INDONESIA

Cheng Ho, adalah seorang pelaut dan penjelajah Cina terkenal yang melakukan pelayaran jelajah samudra antara tahun 1405 hingga 1433.  Cheng Ho memang dari keluarga muslim. Ia anak dari Haji Ma Ha Zhi dan ibu dari marga Oen (Wen) di Desa He Tay, Kabupaten Kun Yang. Cheng Ho merupakan salah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan yang baik kepada Kaisar Cina Yongle yang berkuasa dari tahun 1403 hingga 1424 yang merupakan kaisar ketiga dari dinasti Ming.
Cheng Ho mempunyai nama asli Ma He, juga dikenal dengan sebutan Man Sanbao, yang berasal dari provinsi Yunnan. Cerita berawal ketika Yunnan dalam masa ekspansi kekaisaran Min, Cheng Ho muda ditangkap  dan kemudian di jadikan kasim. Cheng Ho seorang yang bersuku Hui, yang secara fisik hampir mirip dengan suku Han yang mempunyai agama islam.
Cheng Ho berlayar di Malaka pada abad ke-15, saat itu seorang putri cina bernama Hang Li Po (Han Lui) dikirim oleh kaisar cina untuk menikah dengan Raja Malaka yang bernama Sultan Mansur Shah. Pada tahun 1424 Kisar Yong le wafat, dan yang mengantikannya adalah kaisar hongxi yang berkuasa dari tahun 1424 hingga tahun 1425, memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada kekuasaan Kaisar Xuande yang berkuasa dari tahun 1426 hingga tahun 1436.
Cheng Ho melakukan ekspedisi ke barbagai tempat di Benua Asia dan Afrika antara lain Asia tenggara, Sumatera, Jawa, Srilangka, Hindia, Persia, Teluk Persia, Arab, laut Merah lalu menuju daerah utara sekitar Mesir, Afrika hingga selat Mozambik. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Muslim Cheng Ho melakukan tujuh kali pelayaran yang sangat mengagumkan, bahkan melebihi pelayaran Columbus pada masa itu.
Armada yang digunakan berisikan sekitar 30 ribu orang dan tujuh kapal yang berlayar. Sebuah ekspedisi yang sangat menajubkan dari seorang muslim bernama Cheng Ho.  Dalam petualangan sebagai Laksamana Laut, Cheng Ho banyak mendapat penghargaan dari utusan yang di singgahinya sekitar 30 kerajaan di berbagai penjuru dunia. Majalah Life menempatkan Laksamana Muslim Cheng Ho sebagai nomor empat belas (14) orang penting dalam millenium terakhir, luar biasa. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika perjalanan menuju Samudra pasai, ia memberi sebuah lonceng raksasa Cakrado kepada sultan Aceh. Beberapa daerah yang disinggahi Cheng Ho seperti di Cirebon yang terdapat bukti peninggalannya seperti piring  yang bertulisakan ayat kursi.
Dalam berbagai cerita sejarah, seorang armada Cheng Ho sakit dan harus berhenti disuatu tempat tak lain adalah Simongan yang terletak di Kota Semarang. Dan sempat menetap di sana, sebagai bukti peninggalan di Simongan terdapat peninggalan Cheng Ho yang bernama  Klenteng Sam Po Kong. Banyak kalangan menyebutnya dengan Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
Dalam semua ekpedisi pelayaran dunia, tak bisa melepaskan sebuah nama bernama Cheng Ho. Namanya bisa disandingkan dengan Bartolemeus Dias, Marco Polo, Vasco da Gama, Christopher Colombus,dan lainnya.  Nama-nama pelaut bangsa Eropa yang sudah tersohor. Namun para petualang laut itu masih sangat kecil bila dibandingkan dengan nama Laksamana Muslim Cheng Ho. Sejarah juga mencatat bahwa kapal laut Cheng Ho 7 kali lebih besar dari kapal yang digunakan Culombus, si penemu benua Amerika.
Laksamana Muslim  Cheng Ho benar-benar merupakan raja laut dalam arti yang sesunguhnya. Sementara para pelaut dari Eropa boleh disebut sebagai penjelajah semata. Perbandingan itu bisa dilihat dalam jumlah awak kapal yang mereka bawa. Bartolemeus Dias, orang pertama yang melintasi ujung selatan Afrika (Tanjung Harapan) hanya menggunakan tiga kapal jenis Caravel yang berisi 170 orang.
Sementara perjalanan Christopher Colombus yang memulai pelayaran 3 Agustus 1492 juga menggunakan tiga kapal buatan bangsa Spanyol. Pertama, kapal Santa Maria, kapal terbesar yang dinahkodai Colombus sendiri. Dua kapal lainnya adalah Nina dan Pinta yang lebih kecil. Jumlah awak kapal tiga bahtera itu hanya 104 orang.
Coba lihat armada Laksamana Muslim Cheng Ho. Jumlah armadanya mencapai 357 kapal dengan 30 ribu awak kapal. Bukan itu saja, ada 62 kapal Cina berukuran besar yang disebut Jung, panjangnya mencapai 132 meter dengan lebar 54 meter. Itu jelas lebih besar dibandingkan kapal-kapal bangsa Eropa yang berukuran separuh atau bahkan seperlima lebih kecil dibandingkan jung Cina. Amazing!
Sejarah juga mencatat yang disampaikan oleh Gavin Menzies, pensiunan Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Inggris. Menzies menjelaskan bahwa Cheng Ho yang pertama kali menemukan Benua Amerika, bukan Colombus.  Menzies menegaskan, Colombus justru berlayar dengan bekal peta lama buatan Cina. “Ketika para awak kapalnya gelisah, Colombus hanya meyakinkan, terus saja ke barat, nanti pasti akan sampai.”
Peta itu diyakini sebagai peta yang dibuat berlayar para pelaut Cina. Apalagi peneliti lain, Cedric Bell, menemukan reruntuhan kota kuno di Cape Breton, Nova Scotia, pantai timur Kanada. Kawasan itu ternyata memiliki tembok keliling dengan arsitektur Cina. Temuannya itu kemudian disebut Nova Cataia atau New Cathay.
Menurut sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara” (Jakarta: 1968), dalam misi pelayarannya itu Cheng Ho pernah singgah di Indonesia seperti di Samodra Pasai (Aceh), Palembang, Cilincing (Jakarta), Gunung Talang (Cirebon), Gedung Batu (Semarang), dan Surabaya. Pengamat sejarah Cina dan juga penulis cerita silat Cina, Gan Kok Hwie dari Semarang menjelaskan, Cheng Ho dalam misinya juga mengajarkan penduduk setempat soal bertani, membuat rumah, sampai dengan pertukaran budaya.
Sisa-sisa pengaruh peradaban Cina yang dibawa Cheng Ho yang muslim itu bisa dilihat dari gaya arstitektur masjid dan menara masjid di Jawa. Atap-atap pelana kuda mirip kelenteng, dan menara masjid mirip pagoda; merupakan pengaruh Cina. Bukan itu saja, bedug yang digantungkan di masjid-masjid di Jawa – kemudian juga di Indonesia – merupakan perkusi khas Cina.








Saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapal Cheng Ho yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh, ke Semarang untuk berlindung."
Batam (ANTARA News) - Wisata Jalur Laut Sutra napak tilas pelayaran samudra Laksamana Cheng Ho resmi jadi destinasi wisata baru terdiri dari sembilan serial mulai Aceh hingga Bali

Peminat wisata Jalur Laut Sutra mengabadikan perjalanan di sembilan lokasi dengan berfoto pada objek berlatar belakang peninggalan atau bangunan yang khusus dibuat untuk mengenang perjalanan Laksamana Cheng Ho di Aceh, Batam, Palembang, Belitong, Jakarta, Semarang, Cirebon, Surabaya dan Bali. 

Foto-foto itu akan menjadi bukti bahwa sebagai pelancong Anda telah "menunaikan" wisata serial, menelusui perjalanan laksamana terkemuka itu di Nusantara.

Perjalanan wisata religi dan sejarah Jalur Laut Sutra menawarkan sensasi heroik dari seorang pelaut Muslim asal Tiongkok yang sedang melakukan misi dagang dan penyebaran Islam di Indonesia.

Sejatinya, wisata jalur pelayaran Cheng Ho itu dirancang oleh Kementerian Pariwisata untuk menarik wisatawan asal Negeri Tiongkok datang ke Indonesia.

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo berpendapat warga Tiongkok amat menghargai sejarah dan budayanya. Apalagi, Laksamana Cheng Ho sangat dihormati oleh warga Tiongkok.

Menteri Indroyono optimistis pembukaan tujuan wisata baru jalur samudra Cheng Ho ini mampu mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, terutama wisman dari Tiongkok.

"Ini menjadi modal penting terutama menarik wisatawan Tiongkok. Wisatawan Tiongkok menghormati akar dan jejak budaya, ini menjadi peluang Indonesia dengan jalur samudra Cheng Ho," kata Menteri.

Pariwisata berbasis sejarah maritim memang baru, namun perlu didukung. Apalagi Pemerintahan Presiden Joko Widodo memiliki semangat kebaharian yang tinggi, mengingat sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari laut.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, sumbangan pariwisata maritim baru 10 persen dari total pariwisata di seluruh Indonesia. Angka ini sangat kecil dibandingkan Malaysia yang memiliki wilayah laut lebih sedikit namun pariwisata maritimnya menyumbangkan 40 persen dalam total pariwisata.

Serial

Wisata jalur pelayaran samudra Cheng Ho bukanlah perjalanan wisata yang mengajak pelancong duduk di kapal besar menyinggahi daerah-daerah yang dilalui oleh kapal Cheng Ho yang termasyhur itu. 

Pelancong bisa pergi ke daerah itu satu per satu sambil merasakan sensasi sejarah dan kebesaran admiral asal Tiongkok itu.

Di Aceh misalnya, terdapat Lonceng Cakra Donya yang tergantung di pintu masuk Museum Aceh. Lonceng raksasa berbentuk stupa dengan hiasan tulisan Arab juga China itu merupakan pemberian Kaisar Yongle yang dibawa ke Aceh oleh Laksamana Cheng Ho sekitar 1414 M.

Kemudian di Palembang, terdapat Masjid Cheng Ho yang dibangun masyarakat sekitar untuk mengenang jasa Laksamana Cheng Ho yang disebut berjasa bagi Kerajaan Sriwijaya setelah menumpas perompak asal Kanton, Chen Tsu Ji.

Di Semarang, ada Klenteng Sam Po Kong, yang dipercaya sebagai tempat persinggahan dan pendaratan pertama Sang Laksamana.

"Saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapal Cheng Ho yang jatuh sakit, kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh, ke Semarang untuk berlindung," cerita Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Sementara itu, meski tidak ada bukti khusus Cheng Ho pernah mendaratkan kapalnya di Batam, namun pemerintah percaya bahwa kapal besar Laksamana Cheng Ho berlayar melalui Perairan Batam di Selat Malaka untuk memasuki wilayah Indonesia lainnya.

Apalagi, sejarah memang mencatat Selat Malaka menjadi bagian dari rute Jalur Laut Sutra.

Di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), wisata serial pelayaran Cheng Ho ditempatkan di Golden City Bengkong. Kebetulan, di kompleks wisata itu sudah ada replika kapal Cheng Ho yang dibangun pihak swasta. Dan sekarang dalam tahap pembangunan Masjid Cheng Ho.

Di tempat itulah, pemerintah memutuskan untuk meluncurkan destinasi baru jalur pelayaran Cheng Ho, pada Sabtu (21/2) 2015.

Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo mengatakan keberadaan destinasi wisata jalur pelayaran Cheng Ho di Batam diharapkan dapat mendongkrak wisatawan mancanegara yang datang ke kota itu.

"Ini menjadi strategi untuk mempercantik kawasan ini. Akan menjadi daya tarik baru, terutama untuk menyerap wisman asal Tiongkok ke Batam dan daerah lain di Kepri," kata Wakil Gubernur.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan destinasi jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho memang sengaja dirancang untuk menyerap wisman asal Tiongkok.

Menteri mengatakan peluang menggaet wisman asal Tiongkok amat besar. Data Kementerian Pariwisata mencatat terdapat 100 juta warga Tiongkok yang bepergian untuk berwisata, namun hanya satu persennya yang singgah ke Indonesia.

"Kami yakini banyak turis dari Tiongkok. Untuk outbond ada 100 juta warga Tiongkok, tapi yang datang ke Indonesia hanya satu juta orang. Bandingkan dengan yang ke Thailand sebanyak lima juta orang," kata dia.

Karena tujuan wisata tematik itu memang untuk membidik wisman asal Tiongkok, tidak heran jika Kementerian Pariwisata mengajak media asing ikut mempromosikannya.

Dalam peluncuran destinasi wisata baru di Batam, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengajak setidaknya tiga media asing untuk ikut meliput. "Ada Discovery Channel, CCTV televisi di Tiongkok dan kantor berita Tiongkok," kata Menteri.

Selain itu, Menteri juga membawa Atase Kebudayaan dari Kedutaan Besar RRT untuk Indonesia, dan perwakilan dari Kementerian Pariwisata RRT dalam acara yang peluncuran.

Menteri meyakinkan akan melakukan banyak promosi untuk memperkenalkan wisata jalur pelayaran Laksamana Cheng Ho ke luar negeri, terutama Tiongkok demi kesuksesan destinasi baru itu.


R P Cornelis Arundati Gaga Misa Kamis Putih Gereja St Damian Bengkong 20...

PROGRAM PESONA KEPRI

PROGRAM PESONA KEPRI

LATAR BEBELAKANG     

Provinsi kepulauan riau (Kepri) ibarat segantang lada. memiliki luas wilayah 251.810,71 km², 96 persennya adalah perairan dengan 1.350 pulau besar, dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Provinsi kepri terdiri dari 7 kabupaten kota. Mulai dari kota madya Batam, Kota madya Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten  Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna dan kabupaten Anambas.
Dari 7 kabupaten kota ini memiliki keunikan pesona budaya dan pariwisata  yang sangat beragam. Seiring dengan pesatnya perkembangan kepri. Dengan ragam etnis juga menghadapi masalah yang kian kompleks.
Dengan adanya kesibukan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas,  kami hadir dengan program “ PESONA KEPRI”
Hadir sebagai ruang inspirasidan motivasi bagi masyarakat kepri. Program ini akan mengangkat berbagai informasi tentang  pariwisata, kuliner dan home industri.

      KATEGORI PROGRAM : Informasi, pendidikan dan hiburan
FORMAT PROGRAM     : News Magazine
DURASI                             : 30 Menit
JAM TAYANG                 : Pukul, 19.00-19.30 Wib
HARI TAYANG                : Setiap hari dalam sepekan
TARGET AUDIENCE     : Remaja, dewasa dan orang tua
DESAIN SET                     : Situasional
TIM PRODUKSI               : Satu orang produser,  dan dua orang kameramen    
       MODEL PRODUKSI      : Liputan/Typing ( 2 kamera)
     
 

 STRUKTUR PROGRAM         :

SEGMEN
Subjek
VISUAL
AUDIO
DURASI
TIMEN IN
TIME OUT

VT
Cuplikan
Instrumen
10”
19:00:00
19:00:10
I
Bumper In

Instrumen
5”
19:00:10
19:00:15
Sekitar Kita.
Langsung masuk pada liputan, bisa dimulai dari personalisasi (induksi) atau memulai cerita dari hal-hal umum (deduksi) kemudian ke khusus mengikuti alur dalam narasi atau naskah.
Objek liputan, dll.  Shoot list multi angle…

Narasi /instrument
6’
19:00:15
19:06:15
Bumper Out
Grafis + Animasi
Instrumen
4”
05:06:15
19:06:19

Commercial Break
VTR
VTR
2’
19:08:19
19:08:19
II
Bumper In
Grafis
Instrumen
4”
19:08:19
19:08:23
Pengembangan
Objek liputan, dll.  Shoot list multi angle…

Narasi, Instrumen
6’
05:08:23
19:14:23
Bumper Out
Grafis
Instrumen
4”
19:14:23
19:14:27

Comercial Break
VTR
VTR
2’
19:14:27
19:16:27
III
Bumper In

Instrumen
4”
19:16:27
19:16:31
Pengembangan
Objek liputan, dll.  Shoot list multi angle…

Narasi, Instrumen
6’
19:16:31
19:22:31
Bumper Out

Instrumen
4”
19:22:31
19:22:35

Commercial Break
VTR
VTR
2’
19:22:35
19:24:35
IV

Bumper In

GrafiS
Instrumen
4”
19:24:35
19:24:39

Pengembangan
Objek liputan, dll.  Shoot list multi angle…

Narasi, Instrumen
5’
19:24:39
19:29:50
Bumper Out
Grafis
Instrumen
4”
19: 29:50
19:29:54

CG
CG
CG
6”
19:29:54
19:30:00