Selasa, 20 Oktober 2015

Bahagia Yang Tertunda

Cerpen

Bahagia Yang Tertunda
By: Heni Ciwen
Sudah lama tidak melihat dirimu,
”apa kabar  dan di mana dirimu?”….aaaahhh aku tersadar oleh lamunanku, lamunan yang jauh tentang masalalu bersamamu, rasanya ingin sekali bertemu dan bercerita tentang keadaan hidupku saat ini, dimanakah kamu berada sekarang? Perpisahan itu sangat menyiksaku, mengapa bisa terjadi dalam hidupku ini. Andai aku mampu memutar waktu,aku tidak akan mengampil keputusan untuk pergi jauh darimu, dimana kita selalu bersama berdua, menikmati hidup dan menikmati rasa yang kita punya.
                Panas mentahari membakar tubuhku dan seluruh kehidupan ku, saat ini aku sudah berada di kota yang jauh dari kelurga dan jauh dari tempat kelahiranku, tapi kenangan bersamamu takkan pernah terlupakan, saat dulu kita bersama memadu kasih sayang . Teresa dunia ini milik kita, manisnya madu kita terengguk bersama, masa remaja itu masa yang paling indah yang aku rasakan.
                “ Hai,…anak baru ya” itulah sapamu saat pertama kali kita berkenalan
“ ya,…aku mahasiswi baru” jawabku biasa aja,….
“ Jurusan apa” Tanya lagi
“ Aku ambil jurusan manajemen bisnis” jawabku sekali lagi dengan acuh tak acuh,…
“ Oh,..oke selamat bergabung ya di Fakultas ini,..eeh kenalin dong namaku Hendri, kamu siapa?| Tanyanya sambil menatap wajahku

“ aku Leni “ jawabku masih dengan cueknya
“ hmmm nama yang bagus,…kita kekantin yuukk,” ajaknya padaku, kutatap wajahnya penuh keheranan,..
“ kenapa menatapku seperti itu? tanyanya kembali,…” ada yang salah ya dengan ajakkanku tadi atau aku salah bicara, ok,…aku minta maaf dan kalau tidak mau aku ajak juga tidak apa-apa kok,…” sambil berlalu bang Hendri meninggalkanku,..akupun yang tadi cuek-cuek aja mulai memperhatikanya, akhirnya akupun berlari kecil mengejarnya
“ tunggu bang,..maaf aku tadi kaget aja ,..soalnya kita baru kenal , aku takut ada yang lihat kita jalan bareng  trus ada yang marah” kataku sambil berjalan disampingnya. Kamipun berjalan menuju kantin sambil bercerita dan bercanda-canda kecil.
                Hari demi hari ku lalui, semakin akrab dan tidak terasa benih-benih cinta mulai tumbuh di antara kami,… Bang Hendri selalu menjemput dan mengantar aku pulang kuliah, kami jarang langsung pulang ke rumah,…kami sering mengabiskan waktu pergi ketempat-tempat yang mengasikkan, hanya sekedar menghilangkan penat dan lelah sehabis kuliah. Bang Hendri laki-laki yang sangat baik dan romantis, penuh perhatian. Rasa cintaku begitu dalam dan rasanya tidak ingin berpisah darinya, tatapan matanya  yang membuat hatiku terasa teduh dan senyumnya yang selalu membuat aku bahagia, membuat aku tidak ingin berpisah dan jauh darinya
Malam semakin larut hujanpun semakin derasnya hingga kami tidak bisa pulang ke rumah,  kami berteduh di sebuah rumah kosong dan gelap.
Dinginnya udara malam itu menyelimuti tubuh kami, suara petir yang mengelegar membuat aku ketakutan dan memeluk tubuh bang Hendri, kamipun berpelukan erat sekali, terasa hangat di sekujur tubuh ini, nafas kami saling berburuh ,  remasan tangannya dan ciuman dibibirnya membuat tubuhku lunglai tak berdaya, tatapan mata  kamipun sangat membakar hasrat yang tiba-tiba menggoda dan menggelora sekujur tubuh dan pikiran kami hingga sampai akhirnya kami  tak sadar melakukan hubungan yang terlarang.  Hasrat kamipun terus terbakar saling menikmati gelorah di sekujur tubuh, tak perduli dengan suara petir yang mengelegar dan suara hujan yang deras . Hujanpun mulai redah kamipun mulai tersadar . Aku terdiam  dan menangis setelah sadar apa yang kami lakukan yang seharusnya tidak kami lakukan tapi sudah terjadi.
“ Aku takut Bang?” tangisku…” Mengapa ini kita lakukan? Abang jahat,..aku telah ternoda,aku jadi wanita yang kotor, aku wanita yang tidak cuci lagi, apa yang aku banggakan dari diri ini, abang tega lakukan itu padaku” tangisan semakin menjadi-jadi, Bang Hendripun membujuk aku agar aku
tidak menangis  dan tenang.
“ sayang,…. untuk apa menangis dan menyesali,? Semua sudah terjadi, semua sudah kita lakukan sayang,” bujuknya padaku
“ abang  berjanji akan mempertanggung jawabkan semuanya” bujuknya kembali padaku
“ Percayalah, abang tidak akan menghianati cinta ini, kamu adalah milikku seorang dan selamanya” tangannya menggenggam tanganku dan sambil memelukku
“ Abang sangat mencintaimu Len, abang tidak ingin kita berpisah” bisiknya padaku. Akupun diam dan berhenti menangis, aku yakin atas apa yang di janjikannya.
“ Akupun mencintamu,…aku sangat menyayangimu sepenuh hatiku”. ucapku . akhirnya kamipun pulang dan bang Hendri mengantar aku pulang sampai ke rumah. Didalam kamar aku menangis seperti menyesali apa yang sudah terjadi barusan, aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi dalam pikiranku, aku menangis karena perasaanku yang takut atau menyesal atau bahagia.
Aku merasakan ada yang aneh dengan bang Hendri sudah jarang dia menjemputku dan kamipuns udah jarang bersama-sama lagi, seperti ada yang memisahkan,…Setiap aku ajak  jalan atau aku minta jemput bang Hendri sering sekali menolak dengan alasan sibuk dengan ujian atau sibuk dengan kerjaannya. Hatiku menjadi sedih  seakan –akan aku sudah tidak ada lagi di hatinya, akupun mulai penasaran, ku coba mencari apa penyebab bang Hendri berubah padaku. Aku sering bertanya pada teman-temannya di kampus atau di tempat dia bekerja, tapi semuanya menjawab tidak tau dan tidak pernah bertemu dengannya,….Hatiku semakin penasaran, rasa ingin tahuku semakin besar dan ingin rasanya aku cepat-cepat menemukan jawabannya.
Aku dan teman-teman kampus pergi ke tempat pesta pernikahan teman kuliah, kami beramai-ramai berangkat bareng dari kampus, di perjalanan kami bercanda gurau, tak terasa kamipun sampai di tempat pesta pernikahan itu. Sambil menikmati hidangan dan musik di pesta itu, tak sengaja aku melihat bang Hendri ada diantara tamu-tamu pesta, betapa senangnya aku, ku coba menghampirinya dengan penuh harapan tapi langkah kakiku terhenti saat apa yang kulihat tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan, bang Hendri bersama wanita dan seorang anak perempuan yang manis dan sangat manja disebelahnya.
“Siapakah wanita dan anak perempuan itu?”, hatiku bertanya
“ Mengapa hatiku terasa hancur melihat mereka?, pada hal bisa saja itu saudaranya atau adikknya? Tapi anak itu? Anak siapa? Mengapa begitu manja anak itu ada di dalam gendongan bang Hendri?” hatiku semakin bertanya-tanya dan penuh penasaran.
Dengan memberanikan diri aku menghampiri mereka
“ hai bang Hendri,..apa kabarnya? tanyaku. Bang Hendri menatapku dengan gugup dan seakan ada yang ingin dia tutupi,
“ Bang,…..siapa mereka? Tanyaku kembali penuh penasaran
“ Jawab bang!!,..Mengapa hanya diam seperti itu?”suaraku semakin kuat
“ anak siapa ini?” bentakku dengan geramnya
“ Ada apa ini” Tanya wanita di samping bang Hendri
“ Siapa kamu yang berani membentak suamiku” kata wanita itu sambil membentaku kembali, terasa di sambar petir  siang bolong tubuhku , lemas tak berdaya saat ku mendengar wanita itu menyebut bang Hendri sebagai suaminya, dunia terasa berguncang dan aku tak kuasa menahan tangisku, ku berlari meninggalkan mereka, hatiku sakit, sakit sekali, harapanku hancur dan musnah, inikah balasanya yang aku dapat setelah ku serahkan ke sucianku? manis cinta kami lakukan bersama dan sering kami melakukan hubungan terlarang itu, bahkan berulng-ulang kami lakukan, aku sering tak dapat menolak jika bang Hendri menginginkanya, aku sering tak kuasa menahan hasratku sendiri saat kami berdua.
Aku malu pada diriku sendiri, ternyata aku pacaran dengan suami orang dan sudah mempunyai anak. Aku jijik dengan diriku, aku merusak rumah tangga orang, aku wanita yang rendah yang mencintai suami orang. Aku menangis berhari-hari, menyesali perbuatanku, menyesali apa yang sudah terjadi.
Semakin hari semakin tak kuasa aku menahan persaan ini, hidupku sudah hancur, aku malu pada keluarga dan orang tua yang sangat membanggakanku, aku anak yang tidak berbakti, aku menghianati kepercayaan meraka.
Akhirnya aku berniat pergi ke kota lain agar aku bisa tenang dan bisa melupakan masa-masa sulit ini, aku pamit sama keluarga dan orang tua, meski mereka tidak mengizinkan tapi aku bersih keras pergi dari kota ini, aku tidak memberitahukan kepada bang Hendri karena aku tidak ingin dia tahu kalau hatiku hancur karena dirinya, memang aku sakit hati padanya tapi cinta ini lebih besar dari rasa sakit yang aku rasakan.
Aku berangkat sendiri menuju pelabuhan,…di pelabuhan ini aku mencoba mengkuatkan hati agar aku sanggup pergi  dan meninggalkan kota ini, samar ku dengar suara orang memanggilku
“ Leni, jangan pergi” suara itu tidak asing lagi di telinggaku, aku menoleh ke arah suara itu
“ Mengapa abang tau aku ada disini?”tanyaku
“  Beberapa hari ini abang mencarimu dan abang dapat kabar dari temanmu kalau kamu mau pergi dari kota ini”. Katanya menerangkan
“Maafkan abang selama ini,” lanjutnya
“ abang tidak berterus terang padamu tentang diri abang yang sebenernya, tapi abang tidak bermaksud untuk melukai hatimu, abang sangat menyayangimu dan sangat mencintaimu, abang tidak ingin kehilanganmu, sekali lagi jangan pergi ya sayang,”kata bang Hendri tanpa  menghiraukan  keadaan disekeliling yang penuh dengan orang-orang berlalu lalang.
Aku tertunduk diam menahan rasa yang bercampur didalam hati,
“ tapi aku harus pergi bang, aku tak sanggup menahan rasa sakit dan hancur hatiku, aku tak kuat melihat abang dan keluarga abang, aku tak ingin menjadi wanita penghancur rumah tangga abang, aku tak ingin menjadi wanita penghalang kebahagiaan kalian”. Kataku sambil menangis
“ Abang tau itu, abang juga mengerti tapi sungguh abang tidak ingin kamu pergi jauh”,
“ Leni,…abang mencintaimu , abang berharap cinta kita ini menyatu,” Bang Hendri mulai terbawa perasaanya
“ sudahlah bang, semua sudah terjadi, keputusanku,….. aku memang harus pergi jauh dari kota ini
“ kataku dengan begitu yakin
“ sayang,…kamu tidak tau apa sebenarnya  yang terjadi tentang diri abang, abang dipaksa menikah sama  orang tua dengan istri abang itu,” Bang Hendri mulai menceritakan dirinya
“  abang juga terpaksa menuruti kehendak mereka karena orang tua abang banyak hutang dengan keluarga istri abang ,’ ceritanya padaku
” Dulu keluarga abang sangat susah dan orang tua abang juga sakit-sakitan, abang juga belum bisa apa-apa pada saat itu, abang tidak ingin melihat orang tua abang menderita karena menahan sakit yang tak kunjung sembuh karena abang ingin menjadi anak yang berbakti dan melihat orang tua sembuh,  maka abang mau saja saat itu di jodohkan oleh orang tua istri abang, jika abang menikahi anaknya, maka hutang orang tua abang lunas dan kami jadi keluarga,” sambil menghelah nafas   bang Hendri melanjutkan ceritanya.
“ Tapi setelah abang menikah orang tua abangpun meninggal, abang sangat sedih sekali, terus abang hidup hanya berdua dengan istri abang, memang abang hidup penuh kecukupkan karena istri abang dari keluarga yang  sangat kaya raya, tapi apalah artinya harta kalau abang tidak bahagia dan tidak mencintainya, istri abang hamil dengan laki-laki lain dan laki-laki itu pergi tidak bertanggung jawab atas perbuatannya,makanya abang di paksa menikah untuk menutupi aib mereka, dan anak perempuan itu adalah anaknya dengan laki-laki lain”,…
“  sampai akhirnya kita ketemu, abang merasakan suasana yang sangat berbeda saat kita bersama semuanya terasa indah,” kata bang Hendri penuh harap,
Bang Hendri tertunduk menahan perasaan hatinya bercambuk, ku lihat wajahnya yang sangat terpukul dan sedih yang mendalam, tapi mungkin ini semua sudah jalannya kehidupan, harus bertemu dan harus berpisah.
Panggilan untuk penumpang kapal laut sudah berbunyi 2 kali tandanya kapal akan segerah berangkat, akupun pamit sama bang Hendri,mesti hati terasa tidak rela tapi aku harus pergi dan meninggalkan semuanya,
“ Bang ,.aku pergi dulu, maafkan kalau keputusanku ini salah dan sangat menyakitkan,” kataku sambil mencium tangannya dan air mata inipun menetes,
Bang Hendri merangkulku dengan eratnya dan mencium keningku seperti tidak ingin melepasku,…
“ Sayang,…” bisiknya di telinggaku
“ jaga baik dirimu ya, jangan nakal, jika ada kesempatan abang akan menyusulmu, abang akan membuktikan janji dan cinta kita yang abang ucapkan padamu sayang,….” Kata-katanya sangat membuat hatiku terenyuh
“ disini abang akan berjuang untuk lulus kuliah dan lepas dari keluarga istri abang”
“ Abang ingin bahagia denganmu sayang,…ingatlah janji abang ini, abang mencintaimu , forever”  diciumnya keningku sekali lagi,….akupun beranjak pergi dan berjalan menuju kapal laut itu. Dalam hatiku berkata, selamat tinggal sayang, maafkan aku atas kesalahan dan keputusan ini, jika kita berjodoh kita pasti akan bertemu lagi bang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar