Rabu, 21 Oktober 2015

Kampanye Kreatif via Kampanye Hitam



Kampanye Kreatif via Kampanye Hitam

16

batampos.co.id – Bulan Desember mendatang warga Batam akan mengikuti perhelatan akbar untuk memilih pemimpin. Tidak hanya memilih pemimpin di tingkat kota, namun juga di tingkat provinsi. Setiap kandidat tentu tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersisa untuk mengenalkan serta mendekatkan diri ke masyarakat. Tak heran beragam cara dilakukan tim sukses kandidat, termasuk memanfaatkan sarana multimedia. Puncak pemanfaatan sarana multimedia secara kreatif terlihat dalam kampanye pemilihan umum (Pemilu) Presiden 2014. Dalam catatan kaki Sara Schonhardt dan Anita Rahman untuk situs The Wall Street Journal disebutkan kampanye pilpres 2014 menunjukkan fenomena integrasi antara politik dan budaya pop. Integarasi itu terlihat dari munculnya avatar, aplikasi game, lagu, video dan ilustrasi sebagai media pengenalan calon.
Seluruh media tersebut merupakan bagian dari multimedia. Definisi multimedia sendiri merupakan suatu sarana (media) yang di dalamnya terdapat perpaduan berbagai bentuk elemen informasi, seperti teks, grafik, animasi, video, interaktif maupun suara sebagai pendukung untuk menyampaikan informasi atau sekedar memberikan hiburan bagi target audiensnya.
Maraknya penggunaan multimedia pada pemilu pilpres tahun lalu adalah kesadaran tim sukses melihat kondisi masyarakat sebagai pasar. Hal itu mengingat dalam pilpres terdapat sekitar 50 juta calon pemilih yang berusia relatif muda, di bawah 30 tahun. Sehingga multimedia menjadi sarana yang paling cocok untuk karakteristik pemilih tersebut.
Lantas bagaimana dengan pemilu kepala darah (pemilukada) di Batam, apakah multimedia dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengenalkan calon ke masyarakat ? Melihat dari karakter penduduk kota Batam, rasanya tidak ada salahnya jika timses kandidat mulai mengoptimalkan sarana multimedia.
Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 29 Juni hingga 6 Juli 2015 lalu merilis dalam laporan hasil surveinya terhadap pilwako Batam bahwa ada hampir 40 persen dari kisaran pemilih di Batam yang masih belum menentukan pilihan politiknya apakah memilih Rudi-Amsakar atau Ria-Sulistyana.
Sementara Lembaga Survei Saiful Mujani yang melakukan survei pemilukada Batam pada bulan September merilis terdapat pemilih yang belum menentukan pilihannya sebesar 29 persen.  Massa yang belum menentukan pilihan atau lebih dikenal dengan istilah swing voters merupakan potensi besar bagi para kandidat untuk digarap. Sebagian dari swing voters itu juga didominasi oleh pemilih pemula yang menurut KPU Batam jumlahnya mencapai 99 ribu.
Menurut Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika Universitas Padjadjaran, swing voters cenderung menjadi “golput” ketika tidak mampu teryakinkan akan satu figur. Multimedia merupakan sarana yang dapat dicoba untuk meyakinkan para swing voters tersebut.
Optimalisasi Kampanye via Multimedia
Optimalisasi multimedia sebagai sarana kampanye mengenalkan diri seorang calon kepada masyarakat sebenarnya tidak hanya terjadi ketika pilpres 2014. Pada pemilihan gubernur DKI yang dimenangkan Jokowi-Ahok, perang kampanye kreatif antar calon juga sudah mulai bermunculan. Namun di luar dari itu, penulis lebih tertarik jika melihat kampanye kreatif via multimedia yang dilakukan timses Ridwan Kamil dalam pilkada Bandung.
Sosok Ridwan Kamil menarik karena ia dan tim kreatifnya sukses melonjakkan elektabilitasnya sehingga memenangkan pilkada Bandung dengan presentase 45 persen suara. Padahal jauh hari sebelum pencalonan, elektabilitas Ridwan Kamil masih di bawah dua pasangan lain yang potensial, yaitu petahana Ayi Vivananda-Nani Rosada dan Edi Siswadi-Erwan Setiawan. Gaya kampanye yang kreatif dan sarat dengan pemanfaatan sarana multimedia menjadi sebabnya.
Dalam pilkada Bandung kala itu jumlah pemilih pemula (17 -22 tahun) tidak kurang dari 19 persen total pemilih. Namun bila ditambah dengan pemilih muda berumur sampai dengan 35 tahun, jumlahnya sudah cukup untuk memenangkan pilkada satu putaran.
Kondisi ini hampir mirip dengan Batam yang didominasi dengan dengan penduduk berusia muda dan produktif. Di Batam tidak hanya pemilih pemula yang yang rentan akan golput, pemilih muda yang notabenenya berdomisili di kawasan dormitori industri juga demikian. Banyak yang memilih menggunakan hari pemilihan untuk berlibur ke pantai maupun tempat lainnya ketimbang menggunakan hak pilihnya.
Tak kenal maka tak pilih. Itulah faktor utama faktor tingginya angka golput di kategori pemilih pemula dan pemilih muda. Selama ini kandidat masih banyak yang memilih cara konvensional untuk dekat ke konstituennya. Mulai dari mengunjungi satu demi satu wilayah di kota Batam, menggelar panggung hiburan, mengumpulkan paguyuban, hingga menebar spanduk, stiker dan baliho di mana-mana.
Segala cara untuk mendekatkan diri itu sebenarnya tidak ada yang salah. Malah memang sudah seharusnya dilakukan. Hanya saja ada beberapa potensi besar yang masih banyak belum dimanfaatkan, termasuk penggunaan multimedia.
Kampanye Kreatif vs Kampanye Hitam
Di era digital ini masyarakat sebenarnya sudah sangat berhubungan erat dengan multimedia. Banyak diantara kita yang setiap bangun tidur pagi akan langsung mengecek smartphonenya masing-masing. Yang dicek tentu beragam, ada yang melihat pesan singkat, BBM, whatsapp, email atau jejaring sosial.
Bayangkan jika setiap orang yang bangun pagi dan membuka jejaring sosialnya selalu melihat wajah calon kepala daerah yang disajikan dengan kreatif, baik itu melalui video atau desain grafis. Alhasil dalam tempo waktu seminggu saja mereka akan mengenal calon kepala daerah tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka akan mencari informasi lebih jauh terkait calon tersebut.Kemudian turut menyebarkan ke orang-orang terdekatnya.
Sayangnya hingga hari ini optimalisasi multimedia sebagai sarana kampanye kreatif belum terlihat optimal di Batam. Sebelum DPRD Batam menggelar penyampaian visi dan misi, alangkah susahnya bagi kita untuk mencari visi dan misi pasangan calon walikota Batam, baik Rudi-Amsakar atau Ria-Sulistyana di internet. Beruntung, saat ini sudah banyak media cetak maupun elektronik yang menyajikan isi visi dan misi pasangan calon dalam beritanya.
Seharusnya setiap kandidat memiliki situs resmi sebagai pusat informasi yang menyajikan visi dan misi secara jelas. Di dalam situs tersebut juga bisa diisi info kegiatan kandidat. Termasuk menyediakan link download resmi untuk setiap produk kampanye multimedianya, seperti avatar, aplikasi game, lagu, video, poster, spanduk dan ilustrasi calon kepala daerahnya.
Hal ini akan sulit dilakukan jika tim sukses masing-masing calon lebih sibuk mengkampanyekan negatif calon lain dibandingkan mengangkat prestasi calon yang didukungnya. Sebagai catatan, dalam optimalisasi kampanye kreatif via multimedia dibutuhkan tim yang terpadu. Titik fokus dari tim ini bukanlah untuk menyerang lawan dengan kampanye hitam, melainkan menjadi pusat informasi bagi masyarakat untuk mengenal calon kepala daerahnya. Dan sebaiknya dalam setiap jejaring sosial hanya ada satu akun.
Tim ini juga bertugas untuk menjabarkan rencana program calonnya dalam merealisasikan visi misi melalui media-media yang menarik. Sehingga masyarakat memahami dengan baik tujuan dari calon pemimpinnya. Menerapkan konsep kampanye kreatif via multimedia memang bukan hal yang mudah. Namun lewat cara kampanye ini sesungguhnya kita akan dapat melihat karakteristik seorang pemimpin.
Kampanye kreatif via multimedia hanya dapat dilakukan oleh pemimpin yang kreatif dan tahu akan pentingnya teknologi. Begitu pula sebaliknya dengan kampanye hitam, ia adalah cermin dari seorang pemimpin yang mengizinkan timnya untuk menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.
Beberapa waktu terakhir ini, Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan begitu giat mengenalkan konsep Batam Smart City. Konsep tersebut adalah konsep yang memang perlu diwujudkan agar Batam memiliki daya saing dengan kawasan serupa di luar negeri.
Kreatifitas dan kepamahan akan pemanfaatan teknologi adalah modal bagi seorang pemimpin untuk membangun daerahnya dan mewujudkan hal tesebut. Semoga dalam sisa waktu menuju hari H kita akan menemukan kampanye kreatif tanpa memberi stigma negatif. ***
Nurul-MahfudNurul Mahfud, A.Md
Mahasiswa Lanjut Jenjang D4 Jurusan Multimedia dan Jaringan Politeknik Negeri Batam/Creative Director Madani Movement

Tidak ada komentar:

Posting Komentar